Harga kopi yang saat ini tengah naik, bukannya membuat senang para produsen kopi. Mengingat, produksi kopi berkualitas justru menurun karena konsumen mengejar harga murah dan tak peduli kualitasnya.
Sebagai informasi, harga biji kopi kering saat ini mencapai Rp72 ribu per kilogram untuk jenis kopi asalan atau campur. Sedangkan biji kopi premium atau petik merah mencapai Rp85-90 ribu per kilogramnya. Selain itu, harga kopi dari kebun atau kopi basah berkisar Rp17-18 ribu per kilogramnya.
Pengurus Harian Goodang Kopi Muria, Teguh Budi Wiyono, mengatakan, pihaknya ingin meningkatkan kualitas produksi kopi tapi malah terkendala harga kopi yang tinggi. Imbasnya, jumlah produksi kopi terpaksa turun sebab banyak konsumen berpindah ke yang lebih murah.
“Kadang-kadang ada eksportir, mintanya kualitas kopi jelek, karena mereka ngejar harga. Biasanya konsumen pesan 1 ton, sekarang hanya 3-4 kuintal,” ujarnya, Jumat (30/8/2024).
Selain itu, kemarau panjang ini juga memengaruhi hasil panen yang juga menurun. Menurutnya, dalam satu tahun panen di Desa Colo bisa sampai 450 ton, tahun ini hanya sekitar 200 ton. Selain itu, untuk kualitas kopi yang dipanen juga menurun, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya.
“Faktor karena terjadi kemarau lumayan panjang. Jadi bunga kopi yang harus menjadi bunga pertama tidak berkembang, yang jadi bunga kedua dan ketiga. Sehingga panen mengalami penurunan,” tuturnya.
Ia tak memungkiri, kenaikan harga ini berdampak positif pada petani, lantaran para petani terbantu dan berjaya. Namun kendalanya, para petani kebanyakan menjual kopi dengan asal. Artinya mereka tidak menunggu kopi dipetik merah.
“Untuk petani, harga naik kualitas kopi malah menurun. Karena mumpung harganya mahal, jadi (kopi) masih berwarna hijau sudah diambil. Kalau kemarin, kan, tidak, harga murah mereka menunggu kopi berwarna merah atau yang memang sudah matang,” jelasnya.
Comments